Setelah semua kisah pedih yang ia lewati, akhirnya ia memberanikan diri untuk kembali menginjakkan kaki nya di hamparan pasir dengan pemandangan Lautan biru yang sangat luas. Laut tampak gembira hari ini tetapi lelaki ini duduk termenung di tepi pantai. Tatapan nya kosong ia terdiam, mata nya yang teduh memerah. Ada segumpal air di pelupuk matanya.
Laut yang katanya menenangkan itu hanyalah bualan semata baginya, Laut yang katanya menenangkan justru jadi kepedihan terbesar baginya, awal mula dimana hidupnya yang tersusun rapih menjadi hancur berantakan. Jiwa nya yang di penuhi warna warni menjadi abu abu karena terbalut dengan kesedihannya. Laut mengambil sesmesta terindah, Laut mengambil matahari sang Samudera.
Kenapa? tanyanya pedih, Laut apa salahku padamu? Kenapa kamu renggut kebahagiaanku? Ayahku meninggakanku karena ombakmu yang dengan kejam menenggelamkan ayahku. Takdir.. Tidak seharusnya Samudera menyalahkan Laut karena ini semua takdir Sang Kuasa tetapi Samudera masih di baluti oleh kesedihannya sehingga ia menyalahkan apa yang tak seharusnya ia salahkan.
Apakah ayahku bahagia disana? Disini dia lahir, disini juga ia berpulang kepada Sang Kuasa dan disini pula banyak kenangan manis tercipta. Terima kasih, Ya? Tolong sampaikan rasa terima kasihku karena memiliki sosok ayah sehebat beliau. Ayah.. aku tumbuh dengan baik. Aku kembali lagi kesini untuk berdamai dengan masa laluku, Aku hebat kan, Ayah? Tentu aku hebat karena ayahku juga sosok yang sangat amat hebat!. Tangisan yang sedari tadi ia tahan pun pecah bersama dengan deburan deburan ombak yang kala itu merasa bersalah seakan akan tahu apa yang Samudera lakukan.
Akankah Laut akan terus menerus menyakiti Samudera nya? Tidak mungkin kan Laut akan selalu menyakiti Samudera nya?
Comments
Post a Comment